Jadilah pribadi yang kuat, Nak.

Sudah setengah jam sejak ia bangun, anak sulung saya masih terdiam di atas kasurnya tadi pagi. Biasanya dia akan langsung meloncat ke kursi di sebelah tempat tidur kalau melihat laptop sedang menganggur. Main game. Hari ini berbeda. Saya mencium sesuatu yang tidak beres. Masih teringat di benak, ia enggan masuk sekolah 2 bulan lamanya karena merasa takut dengan seorang temannya yang sering memukul (kebetulan temannya itu anak yang hiperaktif, sulit mengontrol gerak-geriknya sendiri).

Kok diem aja? Mandi yuk.

Ngga usah sekolah ya hari ini.

Kenapa? Ada apa di sekolah? Ada siapa?

Gambar Abay dibilang jelek.

I knew it. Pasti ada sesuatu. Saya berusaha memberikan pemahaman kepadanya bahwa tidak perlu malu punya gambar jelek. Mungkin ada yang lebih pintar berhitung atau ada yang lebih jago main bola.  Sekaligus juga mengingatkan supaya dia tidak meniru temannya yang suka mengejek.

Upaya saya setengah berhasil, dia sudah tidak sedih lagi, tapi masih enggan bersekolah, besok saja katanya. Saya mengalah. Biarlah tak usah dipaksa.

Tak urung, hal ini sempat membuat saya tercenung, betapa beratnya tugas jadi orang tua. Harus mampu menyiapkan anak menjadi pribadi yang kuat ketika kelak ia dewasa. Tak mudah patah arang, tak mudah terluka walaupun disakiti, segera bangkit ketika jatuh, dan, tak dengan mudah menunjuk orang lain sebagai penyebab kekalahannya.

3 komentar pada “Jadilah pribadi yang kuat, Nak.”

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.